Madden Julian Oscillation Adalah Penyebab Banjir di Sebagian Wilayah Jawa

Madden Julian Oscillation Adalah Penyebab Banjir di Sebagian Wilayah Jawa

Beberapa wilayah Indonesia dilanda banjir parah dari kabupaten di Jawa Timur, kabupaten di Jawa Tengah dan kabupaten di Jawa Barat. Semua ini akibat aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) di Samudera Hindia. Madden Julian Oscillation bukanlah seseorang atau perusahaan. MJO adalah sebuah fenomena gelombang atmosfer yang sedang bergerak merambat dari barat (Samudera Hindia) ke timur dengan membawa massa udara basah. MJO ini menyebabkan curah hujan tinggi di kawasan Indonesia. Masuknya aliran massa udara basah dari Samudera Hindia biasanya bikin curah hujan daerah-daerah yang dilalui meningkat. Fenomena ini bisa bertahan hingga satu minggu. https://twitter.com/bmkg_semarang/status/1103642590845460480?s=19 Wilayah Indonesia merupakan kawasan maritim yang memiliki respon aktivitas konvektif yang berpengaruh terhadap keseimbangan iklim global dalam skala ruang maupun waktu. Daerah khatulistiwa, khususnya Indonesia, dipengaruhi oleh berbagai fenomena atmosfer dan oseanografi yang sangat kompleks. Fenomena ini memiliki variasi ruang dan waktu beragam, salah satunya adalah siklus intra-musiman (intraseasonal) (Seto, 2002). Ditinjau dari posisi geografisnya, Indonesia diapit oleh dua benua luas (Asia dan Australia) dan dua samudera (Pasifik dan Hindia), serta menjadi pusat perpindahan massa air pada berbagai tingkat kedalaman. Perpindahan massa air dapat memengaruhi curah hujan. Curah hujan di Indonesia umumnya dipengaruhi oleh fenomena sirkulasi atmosfer baik skala global, regional, maupun lokal. Salah satu fenomena global yang memengaruhi cuaca dan iklim Indonesia adalah Madden Julian Oscillation (MJO). Menurut Madden & Julian (1971), MJO merupakan model osilasi dominan dari variabilitas di daerah tropik. Osilasi merupakan variasi periodik terhadap waktu dari suatu hasil pengukuran. MJO sangat kuat dampaknya dirasakan di daerah-daerah lintang rendah, dekat garis ekuator, dan tejadi pertama kali di Samudera Hindia dengan pergerakan ke arah timur antara 100° LU dan 100° LS. MJO dimanifestasikan dalam skala waktu antara 30-60 hari melalui anomali skala besar pola sirkulasi atmosfer dan konveksi yang kuat dan berpropagasi (penjalaran) dari bagian barat Indonesia (Samudra Hindia) ke arah timur (Samudra Pasifik) dengan kecepatan rata-rata 5 m/detik. Fenomena MJO dapat menjelaskan variasi iklim di wilayah tropis. Fenomena MJO terkait langsung dengan pembentukan kolam panas di Samudra Hindia bagian timur dan Samudra Pasifik bagian barat sehingga pergerakan MJO ke arah timur bersama angin baratan (westerly wind) sepanjang ekuator selalu diikuti dengan konveksi awan kumulus tebal. Awan konvektif ini menyebabkan hujan dengan intensitas tinggi sepanjang penjalarannya yang menempuh jarak 100 kilometer dalam sehari di Samudera Hindia dan 500 kilometer per hari ketika berada di wilayah Indonesia Menurut Madden & Julian (1971), peristiwa MJO ditandai dengan propagasi ke arah timur dari daerah tropis yang mengalami peningkatan tekanan, terutama di Samudra Hindia dan Pasifik. Anomali curah hujan sering terjadi di Samudera Hindia yang kemudian merambat ke arah timur di kawasan perairan tropis hangat, tepatnya di Pasifik barat dan tengah. Saat air laut dingin di kawasan Pasifik Timur, pola curah hujan di kawasan Pasifik berkurang, tetapi akan sering muncul di sekitar perairan tropis Atlantik dan Afrika. Seiring dengan variasi curah hujan tropis, terdapat pola yang berbeda dari sirkulasi atmosfer di daerah tropis dan subtropis. Variasivariasi tersebut hampir terjadi di seluruh dunia dengan intensitas tertinggi di belahan bumi timur. Dengan demikian, peristiwa ini dapat memberikan informasi penting mengenai fase osilasi. Ada tiga kawasan penting di dunia yang telah ditetapkan oleh World Meteorological Organization (WMO) sebagai tempat atau lokasi terjadinya perubahan iklim global. Salah satu diantara lokasi tersebut adalah Indonesia, selain Brasil di kawasan Amerika Selatan dan Congo di benua Afrika. Namun diantara ketiga wilayah tersebut, Indonesia merupakan kawasan yang mendapatkan perhatian terbanyak karena memiliki perairan yang luas, yakni sekitar 70% persen merupakan laut dari keseluruhan luas wilayahnya. FENOMENA MADDEN-JULIAN OSCILLATION (MJO) Hal ini diduga menyebabkan terjadinya penyimpangan panas terbesar di kawasan Indonesia, baik yang sensibel maupun latent (tersembunyi) sehingga dapat meningkatkan pembentukan awan, seperti awan Cumulo nimbus yang dapat menyebabkan hujan. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: